Es Puncak Jaya Wijaya Diprediksi Hilang pada 2025 - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

13 April 2022

Es Puncak Jaya Wijaya Diprediksi Hilang pada 2025

MEDAN, POTRETKITA.net - Kenaikan suhu di semua kepulauan yang ada di Indonesia terus terjadi. Pada 2100 nanti, diprediksi kenaikannya mencapai empat derajat celcius. Sementara pada 2025, es yang ada di Puncak Jaya Wijaya, puncak tertinggi di Indonesia, diperkirakan akan hilang.

Prof. Dwikorita Karnawati (@InfoHumasBMKG)
Demikian dikatakan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Prof. Dwikorita Karnawati, Selasa (12/4), saat Seminar Dinamika Atmosfer Regional Provinsi Sumatera Utara, dalam rangka peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-72.


Dwikorita mengingatkan pemerintah, untuk segera melakukan langkah mitigasi secara komprehensif dan terukur, guna menahan laju perubahan iklim tersebut.


"Bila situasi saat ini terus dibiarkan, maka kenaikan suhu di seluruh pulau utama di Indonesia mencapai 4 derajat celcius pada tahun 2100. Kenaikan tersebut adalah empat kali dibandingkan zaman pra industri. Akibat kenaikan suhu ini pula, tambahnya, puncak Jaya Wijaya di Papua yang pada tahun 2020 memiliki ketebalan es 31,49 meter, di tahun 2025 mendatang diperkirakan es tersebut akan hilang sepenuhnya," sebagaimana dikutip dari rilis Humas BMKG, yang diakses pada Rabu (13/4) pagi.


Menurutnya, mitigasi harus dilakukan segera, tidak bisa ditunda-tunda karena situasi kekinian sangat mengkhawatirkan. Contohnya, Siklon Seroja yang terjadi di NTT tahun lalu, semestinya siklon tersebut tdk terjadi di wilayah tersebut, tapi akibat perubahan iklim siklon tersebut muncul.


Dwikorita mengatakan, peningkatan suhu tersebut akan memicu terjadinya cuaca ekstrem dan anomali iklim yang semakin sering. Intensitasnya pun semakin kuat dengan durasi panjang. Kondisi tersebut, tuturnya, tentu akan mengakibatkan kerugian bagi Indonesia. Tidak hanya bersifat materil seperti infrstruktur, namun juga korban jiwa. 


"Jadi jangan heran jika saat musim kemarau juga terjadi hujan dan banjir, atau musim kemarau akan terasa lebih panas dan kering. Pun saat musim hujan, jauh lebih lebat, sehingga memicu bencana hidrometeorologi," imbuhnya. 


Dia menjelaskan, bencana hidrometeorologi di Indonesia meningkat, menjadi bencana terbesar dengan prosentase 95 persen. Selama tahun 2021, bencana mencapai 5.402 kasus yang notabene merupakan sebagai dampak perubahan iklim global. 


Pemerintah bersama semua elemen masyarakat, ujarnya, harus bekerjasama dan gotong royong dalam melakukan aksi mitigasi, mulai dari penghematan listrik, air, pengelolaan sampah, pengurangan energi fosil dan menggantinya dengan kendaraan listrik, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menanam pohon, restorasi mangrove, dan lain sebagainya.


Gubernur Sumatera Utara Edy Rachmayadi pada kesempatan itu mengatakan, mitigasi bencana merupakan urusan bersama, yakni pemerintah, dunia usaha hingga masyarakat.


Menurutnya, bencana merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup dan masa depan kesejahteraan anak bangsa, karenanya harus diurus bersama.(musriadi musanif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad