Meraih Nilai Ekonomi Tinggi dari Kotoran Sapi - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

06 April 2022

Meraih Nilai Ekonomi Tinggi dari Kotoran Sapi

TANAH DATAR, POTRETKITA.net – Kotoran sapi dan hewan ternak lainnya, bisa memiliki nilai ekonomi tinggi. Tapi tentu ada syaratnya, yakni harus dikelola dengan baik, profesional, dan sungguh-sungguh.

Wabup Richi Aprian mengamati kotoran sapi yang sudah dikeringkan.

Itulah yang dilakukan sejumlah warga di Nagari Pitalah, Kecamatan Batipuah. Sedikitnya, ada dua kelompok masyarakat di nagari yang dikenal dengan katupek dan kerupuknya itu, yang beberapa waktu belakangan mengolah kotoran ternak, sehingga menjadi bahan hasil olahan bernilai ekonomi tinggi.

 

Kedua kelompok itu adalah Kelompok Tani Beringin Bersatu dan kelompok Unit Pengelolaan Pupuk Organik (UPPO) Hidup Bersama. Oleh anggota kedua kelompok itu, kotoran sapi dan ternak lainnya diolah menjadi pupuk kompos. Kebutuhan pupuk kompos terbilang cukup tinggi di Tanah Datar.

 

Selain karena bermutu tinggi dalam menyuburkan tanaman pertanian, pupuk kompos juga sangat membantu petani, karena mereka sering dihadapkan dengan kesulitan mendapatkan pupuk kimia bersubsidi. Kalau yang tidak bersubsidi, tentu tersedia tapi harganya sangat mahal, sehingga tidak seimbang dengan hasil yang akan didapat petani.

 

Mengetahui kesungguhan warga pada kedua kelompok itu, Wakil Bupati Tanah Datar Richi Aprian pun mengunjungi pusat aktivitas kelompok. Wabup ingin tahu lebih jauh, bagaimana para petani mengolah kotoran ternak menjadi kompos bernilai ekonomi tinggi, sekaligus memotivasi mereka agar semakin eksis.

 

‘’Kelangkaan pupuk bersubsidi itu sudah menjadi keluhan umum di kalangan para petani, padahal pemerintah sudah berupaya menambah kuota, tetapi masalahnya juga tidak selesai-selesai. Pupuk kompos yang dibuat Kelompok Beringin Bersatu dan Hidup Bersama ini, tentu bisa menjadi solusi,’’ ujarnya.

 

Setelah menyaksikan langsung proses pembuatan kompos, Wabup Richi pun berkomentar, proses pembuatan kompos dari kotoran ternak itu ternyata tidak membutuhkan waktu lama seperti dulu. Dalam rentang waktu tujuh hari saja, ujarnya, kotoran ternak sudah kering dan bisa diolah menjadi kompos, berlanjut dengan penaburan ke areal tanaman, sehingga menjadi pupuk organik yang ekonomis.

 

Richi yang juga ketua Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) Tanah Datar itu menjelaskan, di Nagari Pitalah penggunaan pupuk kompos tidak hanya untuk lahan pertanian sawah dan hortikultura, tetapi juga tanaman vanili yang sedang marak-maraknya dilakukan masyarakat Bungo Tanjuang, nagari tetangga terdekat atau kembaran Nagari Pitalah.

 

Pada kesempatan tersebut, wabup juga menerima penjelasan langsung dari Ketua Kelompok Beringin Bersatu Wardian. ‘’Sudah ada teknologi mempercepat proses pengeringan kotoran sapi, sehingga bisa menjadi lebih cepat diolah menjadi kompos. Sekarang hanya butuh tujuh hari. Kalau dulu bisa tiga bulan,’’ ujarnya.

 

Sebelum ini, program pengolahan kotoran ternak menjadi kompos dan membantu meningkatkan pendapatan petani sudah pernah dicanangkan. Tapi sejauh ini, tidak terdengar lagi kelanjutannya. Program yang paling fenomenal itu adalah Kubalikopi; singkatan dari Kelompok Usaha Bayar Listrik dengan Kotoran Sapi tahun 2014.

 

Satu hal yang pasti; kotoran sapi boleh berbau menyengat dan tak sedap di hidung, tapi uang hasil pengolahan dan penjualannya tentulah tercium harum.(musriadi musanif)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad