JAKARTA, POTRETKITA.net – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), menyampaikan duka mendalam atas peristiwa 129 orang meninggal dunia dan 180 orang dalam perawatan intensif.
“Kita berbelasungkawa. Selain yang sudah
terdata, tidak menutup kemungkinan korban akan terus bertambah, pasca
pelaksanaan pertandingan Liga 1 antara Arema FC versus Persebaya yang
berlangsung malam tadi,” kata Komisioner KPAI Dr. Jasra Putra, M.Pd, Ahad
(2/10), di Jakarta.
Beredarnya foto, video tentang situasi anak-anak
di tengah lautan massa tak terkendali, bersama orang tua mereka, ada yang
digandeng, digendong, dengan paparan pemukulan, kekerasan, teriakan teriakan,
perihnya asap gas air mata, massa yang panik, melawan arus massa demi mencari
selamat.
Namun ternyata, ujarnya, peristiwa itu
tidak hanya terjadi, di stadion tapi juga di luar stadion. Dalam rangka mencari
akses menyelamatkan diri. Tentunya pasca kejadian tersebut, sebut Jasra, akan
membawa dampak kejiwaan yang berat bagi anak.
“Apalagi bila disertai peristiwa terpisah
dengan orang tua, kehilangan orang tua, atau kehilangan saudaranya. KPAI
berharap semua fokus pada pelayanan korban yang maksimal, baik yang masih hidup
maupun telah meninggal,” ujar Jasra yang membidang Divisi Pengawasan, Monitoring,
dan Evaluasi (Wasmonev) KPAI itu.
Menurutnya, lembaga layanan yang tersedia,
bisa jemput bola, untuk menolong situasi anak
dan keluarga, yang masih perawatan, agar segera bisa di dampingi dan
direspon baik, dalam rangka mengurangi hal yang lebih buruk dihadapi anak.
Tokoh muda asal Pasaman Barat itu
menegaskan, panitia dapat memberikan data kepada para petugas yang merespon
situasi darurat disana, agar bisa dirintis pusat informasi crisis center dalam
penelusuran pencarian korban dan data keluarga, menerima laporan keluarga
korban, menerima anak-anak yang mungkin terpisah dari keluarga, anak anak yang
ditinggal ortu karena meninggal.
“Sepakbola adalah tontonan keluarga, untuk
itu penting menghadirkan sepakbola yang ramah anak. Karena anak masuk di acara
dengan sebutan supporter, tentu ada perlakuan khusus, seperti edukasi, mitigasi
dan pengurangan resiko bagi orang tua yang membawa anak di stadion,” jelasnya.
Tentu mereka tidak siap, kata Jasra, jika
tiba-tiba harus berhadapan dengan gas air mata dan kekerasan. Lain hal dengan
mereka yang biasa berdemonstrasi, menurutnya, tentu telah mempersiapkan diri
ketika banyak gas air mata.
Bagi KPAI, saat ini mari bergerak dengan
maksimal untuk para korban, sepakbola adalah keluarga, tontonan keluarga, jiwa
keluarga, sehingga dalam peristiwa ini, kekeluargaan dalam sepakbola jangan
hilang, saatnya terpanggil sebagai keluarga sepakbola, membantu para korban dan
mengurangi beban penderitaan.(mus)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar