TANAH DATAR, POTRETKITA.net - Pandemi Covid-19 belum berakhir. Berbagai pembatasan dan penerapan protokol kesehatan masih dilakukan. Dalam situasi demikian, sektor pariwisata diharap mampu bertahan.
Pariangan, salah satu destinasi wisata Tanah Datar. |
Joni mengutarakan hal itu, saat melakukan visitasi dan verifikasi Pokdarwis Pesona Sumpu, Nagari Sumpu, Kecamatan Batipuh Selatan, bersama timnya Trisna Putra dan Ritno Kurniawan, akhir pekan kemarin.
Bagi Kabupaten Tanah Datar, sektor pariwisata memang menjadi salah satu andalan. Selain banyaknya destinasi menarik, warga yang menggantungkan perekonomian keluarganya di sektor ibi juga tidak sedikit, mulai dari usaha jasa dan pelayanan wisata sampai kepada usaha ekonomi kreatif.
Bupati Eka Putra beberapa waktu lalu menegaskan, sebagai daerah yang menjadikan pariwisata sebagai salah satu prioritas pembangunan, masyarakat Tanah Datar sangat terdampak oleh pandemi Covid-19 itu. Berbagai sektor usaha wisata terganggu. Beberapa di antaranya malah menghentikan kegiatan sama sekali.
‘’Belum selesainya wabah pandemi Covid-19 menyebabkan sektor usaha wisata dan ekonomi kreatif tak bisa bergerak sepenuhnya. Pemberlakuan pembatasan perjalanan dan peniadaan iven, berakibat pada menurun drastisnya kunjungan wisatawan. Kini, kita sedang berusaha mencari solusi agar sektor ini segera pulih,’’ kata Eka di hadapan Menteri Pariwisatan dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, pekan kemarin, di Sumpu.
Dosen Universitas Andalas (Unand) Padang Feri Fernandes menyebut, dampak pandemi memang sangat luar biasa terhadap semua sektor usaha terkait dengan kepariwisataan. Padahal, sebutnya, pariwisata menjadi salah satu andalan penting bagi Kabupaten Tanah Datar, di antaranya untuk destinasi Pariangan sebagai salah satu desa terindah di dunia, beserta Istano Basa Pagaruyuang yang sangat ramai dikunjungi wisatawan, baik dalam negeri maupun mancanegara, sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia.
Saat memberi penyuluhan kepada masyarakat dan pelaku usaha wisata di Pariangan, dia menyatakan, kini sudah tiba saatnya bagi dunia wisata untuk berangsur-angsur pulih dan menyesuaikan diri dengan protokol kesehatan di daerah wisata.
Dikatakan, agar nadi ekonomi masyarakat di sektor pariwisata tetap berdenyut, maka pemerintah daerah perlu melakukan terobosan yang pas, sehingga prokes bisa ditegakkan di tempat-tempat wisata, tapi tidak mengganggu minat wisatawan untuk berkunjung ke destinasi itu, terutama daerah-daerah wisata yang mengandalkan panorama, budaya, dan kesenian, sebagaimana halnya Nagari Pariangan khususnya, dan Kabupaten Tanah Datar pada umumnya.
‘’Pemerintah daerah perlu meningkatkan pengawasan penerapan prokes, khususnya di lokasi wisata. Tidak hanya kepada pelaku usaha wisata, tetapi juga penegakan kedisiplinan konsumen dalam berwisata. Sementara pemerintah pusat harus bisa berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mempromosikan penerapan protokol CHSE kepada pelaku usaha jasa pariwisata,’’ ujarnya.
CHSE adalah singkatan dari cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environtment sustainability (kelestarian lingkungan). Protokol CHSE ini, tegasnya, sejalan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/382 Tahun 2021, tentang Protokol Kesehatan Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum.(musriadi musanif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar