JAKARTA, POTRETKITA.net -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir mengingatkan, tak semua wacana yang berkembang di Jakarta cocok dibawa ke daerah. Muballig jangan membawa 'virus Jakarta' ke daerah.
''Dalam berdakwah perlu melakukan pendekatan sosiologis, antropologis di daerah terluar terdepan dan tertinggal, berdakwah jangan dengan pola topdown memandang masyarakat di daerah dengan karangka konsep dan paradigma Jakarta, sehingga datang ke daerah berkhutbah, berceramah, menyampaikan isu dan wacana yang tengah mengemuka di Jakarta, disampaikan ke daerah, sehingga menjadi virus, bukan menawarkan solusi malah menimbulkan masalah,'' katanya.Haedar mengutarakan hal itu, Rabu (26/1), saat memberi sambutan pada Seminar Nasional dan Launching Buki Anak Panah Sang Pencerah: Dakwah merambah Daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal. Buku itu diterbitkan Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sedangkan seminarnya dilaksanakan secara hybrid; sebagian peserta hadir secara offline dan sebagian lainnya secara online.
Kegiatannya dipusatkan di Auditoreium AR Fachruddin Kamus FEB Universias Muhammadiyah Prof. Hamka, Jl. Raya Bogor, Pasar Rebo, Jakarta Timur, diikuti dua ratusan dai LDK se-Indonesia dan pengurus serta Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyah (LPP AIK) Uhamka Jakarta.
Seminar Nasional diawali dengan pembicara kunci (keynote speach) Prof. Dr. Syafiq A Mughni, MA dengan topik Dakwah di era millenium dalam perspektif Islam Berkemajua. Menghadirkan juga pembicara dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Suparto, M Ed., PhD dan anak panah Muhammadiyah Hanan Maulana S Pd (Da’i khusus Muhammadiyah di Pulau Tello Nias Selatan Sumatera Utara).
Menurutnya, lakukanlah dakwah dengan pola perencanaan yang sistematis dan integratif dengan mengembangkan strategi pemberdayaan, akulturatif, komunikatif, interaktif, literatif. Dai mempelajari kultur setempat menemukan pola komunitas yang ampuh membangun keunggulan setempat yang berbasis kearifan lokal.
''Penyelenggaraan dakwah tidak instan tetapi berkelanjutan dengan tidak mencabut basis kultur dan budaya setempat. Mengajak ummat ke jalan Tuhan yakni Alquran dan Hadis dilakukan dengan jalan hikmah, kekuatan ilmu pengetahuan, kekuatan literasi, disesuaikan dengan kadar pengetahuan mereka. Pendidikan, memberikan ketaulaladanan, contoh baik, kepribadian yang baik. Berhujjah, berdialog dengan penuh keadaban. Jangan menyebarkan berita bohong, dan hoaks,'' tegas sosiolog Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Dalam kegiatan ini dilakukan penandatanganan MoU dan MoA LDK PP Muhammadiyah dengan Rektor Uhamka Prof. Dr. Gunawan Suryoputro, M Hum dan Dekan FKIP, FEB dan FAI.
LDK PP Muhammadiyah dan Rektor Uhamka bersepakat untuk mengisi program Merdeka Belajar- Kampus Merdeka dengan mengirimkan mahasiswa program akhir untuk ikut dalam program mencerahkan Indonesia, berdakwah di daerah terluar, terdepan dan tertinggal dan mengkonversi dalam beberapa satuan kredit semester. Dai yang sudah ikut program, Uhamka memberikan beasiswa perkuliahan strata dua pada program studi yang diselenggarakan di Uhamka.(SUHARDIN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar