Menjemput Sejarah Muhammadiyah di Sukomananti-Padang Tujuah nan Unik (III) - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

28 Desember 2021

Menjemput Sejarah Muhammadiyah di Sukomananti-Padang Tujuah nan Unik (III)

Muhammadiyah di Sukomananti dan Padang Tujuah butuh motivator untuk membangkit kembali semangat bermuhammadiyah yang disinyalir mulai mengendor.

 

MTsM Sukamenanti, Nagari Aua Kuniang, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, mengakhiri riwayatnya karena persoalan kekurangan siswa. Apa penyebab pasti dan tahun berapanya, tentu patut ditelusuri dokumennya di kantor Cabang Muhammadiyah Pasaman atau Ranting Muhammadiyah Sukomananti. 

Musriadi Musanif, S.Th.I

Kini, peran strategis dakwah Muhammadiyah Sukomananti berganti dari MTsM ke SMP Islam Al-Azhar Muhammadiyah. Ibarat menikam jejak, semua pihak tentu berharap, sekolah ini akan tumbuh dan berkembang menjadi amal usaha Muhammadiyah bidang pendidikan yang dapat diandalkan di masa mendatang.

 

BACA JUGAMenjemput Sejarah Muhammadiyah di Sukomananti nan Unik (II)Menjemput Sejarah Muhammadiyah di Sukomananti Nan Unik


Satu hal yang pasti, Muhammadiyah di Sukomananti dan Padang Tujuah butuh motivator untuk membangkit kembali semangat bermuhammadiyah yang disinyalir mulai mengendor.

 

Anak, cucu, dan cicit penyokong utama Muhammadiyah di masa-masa awal keberadaannya di Sukomananti dan Padang Tujuah, sudah banyak yang sukses. Jumlahnya terus berkembang. Kini ditaksir mencapai angka seribuan orang, kendati tidak semuanya berdomisili di Pasaman Barat. Ada yang sudah menjadi profesor, pengusaha sukses, bekerja di pemerintahan, anggota legislatif, petani, dan guru.

 

Cuma saja, ditengarai semangat bermuhammadiyahnya sebagian besar mulai mengendor. Diakui, sebagian besar jamaah shalat Idul Fitri dan Idul Adha yang memadati lapangan Komplek Muhammadiyah Tapalan setiap tahun, hampir dapat dipastikan adalah anak, cucu, dan cicit penyangga utama Muhammadiyah di Sukomananti dan Padang Tujuah yang terukir dalam kisah sejarah.

 

Hanya itu, lalu kemudian tak nampak lagi kiprahnya dalam menyokong gerakan Muhammadiyah. Tahun depan muncul lagi. Bagi yang bermukim di perantauan, tentu bisa dimaklumi karena domisili mereka yang jauh dari kampung halaman. Yang perlu dipertanyakan itu, bagi yang berdomisili di Nagari Aua Kuniang dan daerah-daerah terdekat. Masihkah mereka mewarisi semangat perjuangan nenek dan orangtua mereka dalam mengibarkan panji-panji Muhammadiyah, di daerah yang sebagian besar penduduknya tidak mau bergabung dengan Muhammadiyah itu?

 

Sekedar mengingatkan memori kita kepada tokoh utama pendiri, pengembang, dan penyokong Muhammadiyah di Sukomananti dan Padang Tujuah di masa lampau, sebagai motivasi bagi generasi saat ini, tentu tak ada salahnya kita sebutkan di sini. Bila ada yang tertinggal, itu bukan karena disengaja, tetapi semata-mata adalah kealpaan penulis.

 

Informasi yang dihimpun dari berbagai narasumber, termasuk keterangan dari Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Pasaman Barat Mizlan dan Sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pasaman Ardinan, pendiri dan penyokong utama Muhammadiyah pada masa-masa awal di situ di antaranya Hj. Jamilah alias Nek Mila, Lanin, Mansyah, Ahmad Falal, dan lain-lain untuk wilayah Sukomananti. Sedangkan di Padang Tujuah, ada Hj. Ramlah alias Nek Malah, Bastiah, Bakri Ibrahim, Kahar, dan lain-lain.


''Kini sudah berkembang. Tidak sedikit anak, cucu, dan cicit dari tokoh-tokoh pendiri dan penyangga utama Muhammadiyah Sukomananti dan Padang Tujuah itu saat ini. Sebanyak yang merantau, sebanyak itu pula yang tinggal di kampung halaman. Kalau dahulu di Nagari Aua Kuniang, anak dan anggota Muhammadiyah hanya bisa ditemukan di Sukomananti dan Padang Tujuah, dan satu kepala keluarga di Jambu Baru, yaitu keluarga Rasyid, maka kini sudah menyebar,'' jelas Mizlan.

 

Keluarga Nek Mila mengembangkan basis Muhammadiyah di Sukomananti bersama keluarga besar Lanin, Mansyah dan Ahmad Falal. Di rumah Nek Mila, guru-guru yang memberi pembelajaran dalam gerakan Muhammadiyah tinggal, baik guru yang datang dari Ujuang Gadiang maupun Talu, Silapiang, dan Sungai Aua. Para guru itu juga mengajar di sekolah-sekolah dan kelompok pengajian yang diadakan Muhammadiyah.

 

Sementara di Surau Al-Mukminin yang didirikan Nek Malah bersama saudara kandungnya bernama Bastiah dan didukung para pedagang yang bermukim di Pasar Padang Tujuah, seperti keluarga Kahar dan Zainuddin, digelar pengajian-pengajian Muhammadiyah setiap Ahad malam atau malam Senin.


Jemaah pengajiannya banyak, terutama para pedagang keliling dan sopir yang bermalam di situ. Mereka bermalam di situ karena akan berjualan pada keesokan harinya. Pasar Padang Tujuah diramaikan setiap Senin. Umumnya, para saudagar itu juga berdagang di Pasar Simpang Ampek yang diramaikah setiap Ahad.

 

Kahar dan keluarganya dikenal sebagai pemilik usaha menjahit, sedangkan Zainuddin pemilik usaha lotek dan rumah makan. Keduanya tinggal di dalam komplek Pasar Padang Tujuah.

 

''Nek Mila itu adalah ibundanya Syamsu yang juga menjadi penyokong utama Muhammadiyah di Sukomananti, bersama H. Lanin, Mansyah dan Ahmad Falal,'' kata Mizlan yang juga merupakan menantu dari Syamsu. Penulis artikel ini, Musriadi Musanif, memanggil Inyiak kepada Syamsu. Sedangkan di Padang Tujuah ada pula kemenakan Syamsu bernama Ismail yang kakak beradik dengan Zalir (ayah kandung anggota DPRD Pasbar Adriwilza). Ada juga kak kandungnya bernama Bakri Ibrahim.


''Nenek Adriwilza itu anak Hj. Jamilah. Reflin yang kini menjadi ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Sukomananti, ibunya adalah cucu dari Hj. Jamilah alias Nek Mila. Sedangkan Musanif, ayah dari Musriadi Musanif yang menulis artikel ini adalah kemenakan dari Syamsu. Otomatis beliau adalah cucu Hj. Jamilah.


Nek Mila punya tiga orang anak, yaitu Badariah yang merupakan nenek Adriwilza, Ahmad Bakri yang jadi salah seorang penggerak Muhammadiyah di Padang Tujuah, dan Syamsu yang jadi salah seorang penggerak Muhammadiyah di Sukomananti itu adalah ayah kandung Yubhar dan Winisma yang menjadi istri Mizlan,'' jelasnya.

 

Mencermati urutan silsilah keluarga itu, dapat dipastikan, pendiri, penyokong utama, dan penggerak Muhammadiyah di Sukomananti dan Padang Tujuah adalah rumpun keluarga besar. Mereka berkolaborasi dengan tokoh-tokoh utama lainnya, seperti keluarga besar H. Lanin, Mansyah, dan Ahmad Falal (ayah kandung dari guru Muhammadiyah Mukhlis). Ada sejumlah keluarga lain yang sama pentingnya dengan keluarga para tokoh tersebut, tapi penulis belum memperoleh silsilah konkretnya dari para pewaris.

 

Harapan penulis, semoga ulasan ini bisa memicu semangat anak, cucu, dan cicit para tokoh itu menyokong Muhammadiyah di garda terdepan, berbuat lebih hebat lagi dari para unyang, nenek, dan orangtua mereka. Bila itu terjadi, maka Muhammadiyah Sukomananti dan Padang Tujuah akan tumbuh menjadi kekuatan dahsyat dalam membangun umat berkemajuan.(MUSRIADI MUSANIF, bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad