Oleh KASMAN
(Pengasuh Panti Asuhan Aisyiyah, Tinggal di Kota Sungai Penuh)
SUNGAIPENUH, POTRETKITA.net - Suatu hari, penulis bertemu seorang kaya. Peristiwanya sudah lama. Saat itu penulis akan menyerahkan proposal permohonan bantuan untuk memehuni kebutuhan dan program layanan di panti asuhan.
“Anak yatim itu kaya, karena bapak dan ibunya banyak yang membantu.” Dia membuka percakapan, saat penulis menyerahkan surat itu padanya.Penulis tidak membantah apa yang dikatakannnya dan hanya membalas; “Ya Pak, saya hanya menyampaikan surat ini, semoga ada sedikit dari Pak haji untuk anak-anak kita di panti”.
Setelah itu penulis pamit dan meninggalkan orang tersebut dengan perasaan yang sedih dan juga bertanya-tanya dalam hati. “Kok orang kaya bersikap seperti itu?”
Mungkin tidak banyak yang seperti itu. Dan alhamdulillah, selama penulis mengabdikan diri di panti asuhan, penulis banyak menemukan orang-orang baik, yang mau peduli dengan anak-anak yatim piatu dan terlantar yang ada di panti asuhan.
Yang kita pahami, anak yatim memang banyak bapak dan ibunya, yaitu kaum muslimin dan muslimat. Karena sudah menjadi kewajiban kaum muslimin dan muslimat, terutama yang memiliki kelebihan harta, mau memberikan sebagian harta mereka untuk membantu anak-anak yatim dan juga piatu.
Ajaran Islam sangat menganjurkan, agar setiap muslim memiliki kepedulian terhadap anak yatim. Alquran Surat Al-Maun dengan gamblang menyebutkan, bahwa orang-orang yang tak mempedulikan anak yatim termasuk para pendusta agama. Nabi Muhammad SAW bahkan memberikan kabar gembira, bagi orang-orang yang mau memelihara anak yatim
BACA JUGA : Anak Panti Asuhan itu Kini Bergelar Doktor
Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda yang terjemahannya sebagai berikut:Dari Sahl bin Saad RA berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya serta merenggangkan keduanya.”
Dewasa ini, persoalan anak yatim, piatu dan anak terlantar makin menjadi banyak dan besar. Menurut Kemensos, dua persen anak kehilangan orang tua, akibat terpapar Covid-19. Sementara data Kemensos menyebutkan, 191.696 anak saat ini berada dalam pengasuhan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) atau panti asuhan), 44.181 di antaranya adalah anak yatim dan yatim piatu.
Belum lagi anak-anak yatim piatu dan terlantar yang tetap berada di keluarga inti, dan juga yang mengalami keterlantaran akibat keluarga inti tidak ada lagi atau meninggal dunia dan mengalami keterpisahan, serta tak peduli dengan anak-anak mereka.
Para penggiat anak dan pengelola panti asuhan mulai menghadapi kesulitan. Bukan saja akibat pandemi, donasi dan bantuan dari para donatur berkurang. Bantuan yang selama ini dikucurkan oleh Kementrian Sosial pun makin dikurangi. Pengurus panti asuhan sampai menjerit-jerit di media sosial.
Kenapa negara tidak lagi hadir dan peduli dengan panti asuhan? Mereka hanya diburu dengan tetek bengek akreditasi, tetapi tidak diburu dengan bantuan yang maksimal untuk panti asuhan. Padahal panti asuhan sudah berperan membantu tugas negara melayani dan memelihara anak yatim dan anak terlantar. Memang ada beberapa pemerintah daerah yang peduli dan memberikan anggaran bantuan untuk panti asuhan, tetapi jumlahnya tidaklah banyak.
Akankah kita pasrah menghadapi kenyataan itu? Jawabannya tentu tidak. Saat ini, selain panti asuhan sudah banyak juga masyarakat yang terjun langsung mengurus untuk kepedulian terhadap anak yatim ini. Masjid-masjid di daerah-daerah sudah ada program pengurus masjid yang mengumpulkan infak dari pada jamaah yang dikhususkan untuk anak yatim.
Melihat fenomena ini, kita optimis, banyak yang peduli dengan nasib anak yatim. Tinggal sekarang bagaimana setiap kita melakukan aksi- aksi yang postif, agar fenomena ini menjadi langkah-langkah yang dahsyat untuk membangun generasi bangsa yang lebih baik.
Mari membangun kolaborasi dan komunikasi yang efektif antar sesama umat, sesama pengelola kesejahteraan anak yatim. Para pengelola panti asuhan, pengurus unit anak yatim di masjid itu adalah berfastabiqul khairat, bukan bersaing untuk mendapatkan kepentingan sesaat.
Kepada yang belum peduli dengan anak yatim, mari bangun kepeduliannya untuk bersama-sama menyelamatkan mereka, baik yang ada di panti asuhan/LKSA, maupun anak yatim yang ada di sekitar atau keluarga kita, maupun di masjid-masjid yang ada tersedia Lembaga pengumpulan dana anak yatim.
Para pengurus pengurus panti asuhan, para pengurus anak yatim di masjid-masjid atau yayasan adalah mediator kita untuk menuju mendapatkan surga-Nya kelak.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar