Oleh Musriadi Musanif, S.Th.I
(Wartawan Utama, Korda Singgalang Tanah Datar)
OPINI, POTRETKITA.net - Seorang mubaligh kenamaan di kota saya, terlihat tersenyum sumringah. Bahagia sekali nampaknya. Dia berfoto bersama seorang bupati di dekat mihrab masjid. Sang ustad sedang menunggu dipanggil announcer untuk tampil.
Kebetulan, subuh itu giliran sang muballigh kondang menjadi pemateri ceramah subuh. Dengan foto sumringah itu, dia mengacungkan jempol bersama sang bupati. Hebat sekali sang mubaligh. Bila kita ikuti platform media sosial yang dia tergabung ke dalamnya, maka dapat dibayangkan, betapa hebatnya dia. Tiap sebentar update foto di situ.
Sebentar berfoto dengan bupati, walikota, dan kepala dinas. Pada lain momen, dia berfoto dengan komandan polisi, komandan tentara, pimpinan BUMN, tokoh nasional, dan sebagainya. Momen itu selalu dibaginya pada grup-grup medsos tempat dia bergabung, tanpa menghiraukan visi dan misi grup tersebut. Yang penting, mejeng dan sar ser sor!
Letih saya melihat gaya sang ustad. Tiap pagi. Kadang siang, sore dan malam. Sekali dia men-share foto bersama orang-orang hebat itu, empat lima grup langsung berdentang notifikasinya. Semua memberi tahu, hoi ado foto baru ustad tu ko ha (hai, ini ada foto baru sang ustad)...
Ini merupakan ujub di media sosial. Sang muballigh ingin anggota grup tahu, dia hebat, sebentar ini berfoto dengan bupati, tadi dengan gubernur, nanti dengan pejabat dari pusat. Besok sudah terjadwal pula bertemu dengan tokoh partai tingkat nasional, tapi foto dokumentasi tahun lalu, dishare dulu saat ini. Biar orang tahu.
Prilaku ujub di medsos, tidak hanya dilakukan satu dua orang ustad, tetapi banyak! Nampaknya, sedang ada kompetisi diam-diam antara sang ustad dengan selebgram. Inilah ustad zaman dunia maya. Menggelikan. Memalukan. Memilukan!
Dalam kajian-kajian keislaman dijelaskan, ujub ini adalah keadaan orang-orang yang sombong. Kemajuan teknologi serta perkembangan medaos sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, tak jarang setiap momen atau kesempatan diabadikan, kemudian diunggah di sosial media. Tak hanya itu, terkadang ibadah yang sedang dilakukan pun tak luput menjadi bahan unggahan.
Meskipun dengan medsos kita dapat mengajak kebaikan dengan berdakwah, seringkali niat kebaikan ini disalahgunakan. Secara fitrah manusia, pastilah senang jika dirinya dipuji. Itu manusiawi, namun jangan sampai riya menghiasi amal ibadah kita, karena di setiap amal ibadah yang kita lakukan dituntut keikhlasan. Jangan sampai riya merusak pahala ibadah kita.
Apakah sang ustad tidak tahu hukum ujub dalam Islam? Mustahil. Dia pasti tahu, tapi dia nampaknya sedang terlena. Dibuai medsos. Asik dengan kehebatan dirinya sendiri. Baa lai, ustad saja sudah seperti itu di zaman now.***
Ambo bisa tebak urangnyo 😁
BalasHapus